Kuntulan berasal dari kata Kun ‑ tauw yang berarti
merupakaan jenis Seni bela diri dan juga berasal dari kata KUNTUL yang berarti
jenis burung Angsa yang berwama putih, sehingga dari dua artinya tersebut
kesenian Tari Kuntulan di Kota Magelang mempunyai 2 ( dua ) ciri khas :
1. Gerakan Tari Kuntulan merupakan penghalusan /
penyarnaran dari gerakan bela diri.
2. Kostum Tari Kuntulan menggunakan wama putih ‑ putih
(atas / bawah) yang merupakan warna khas burung kuntul
Ada yang tahu Kuntulan?. Dari sekian banyak kesenian
daerah di Nusantara, setidaknya (yang saya tahu) kesenian Kuntulan ini bisa
ditemukan di tiga wilayah berbeda, yakni di daerah Magelang (Jawa Tengah),
Banyuwangi (Jawa Timur) dan Tegal (sekitar Pantura Jawa Tengah bagian Barat).
Kuntulan merupakan salah satu jenis tarian tradisional berunsur Islami dengan
penari menggunakan kostum putih-putih menyerupai burung Kuntul (jawa) yang
sering dijumpai di daerah pedesaan. Mungkin ada beberapa perbedaan terkait
beragam jenis Kesenian Kuntulan yang ada di ketiga daerah tersebut. Pada
artikel kali ini, kita akan coba untuk menggali tentang kesenian Kuntulan yang
ada di daerah Magelang, Jawa Tengah.
2. Tari semilir
Sesuai dengan namanya silir-silir memiliki makna
rangkaian perwujudan angin yang bertiup lembut. Angin tersebut berasal dari
lambaian gemulai kipas sang penari. Properti yang digunakan adalah kipas “Tari
Semilir Di Sanggar Seni Pringgadhing Desa Purbawinangun Kecamatan Plumbon
Kabupaten Cirebon”. Tari Semilir diciptakan oleh Handoyo Mokhamad Yuli pada
tahun 2005. Tarian ini merupakan tari kreasi yang dibawakan secara berkelompok
dengan menggunakan properti kipas dari Sanggar Seni Pringgadhing Kecamatan
Plumbon Kabupaten Cirebon. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami latar
belakang penciptaan, struktur koreografi, busana, rias, dan musik tari Semilir.
Penelitian ini dilakukan karena tari Semilir memiliki keunikan yaitu adanya
unsur tari mancanegara yaitu tari 1000 tangan dari Thailand dipadukan oleh seni
Cirebon yaitu seni Topeng, Tayub, dan Rudat. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi
pustaka. Berdasarkan hasil penelitian, Tari Semilir adalah tari kreasi
perpaduan budaya Cirebon dan Thailand yaitu tari Topeng, seni Tayub, seni
Rudat, dan Tari 1000 tangan yang menggambarkan seorang putri yang mencintai
tanah Cirebon yang disimbolkan oleh angin kumbang yang hanya ada di pantai
Kejawanan.
Gerak tari Semilir terinspirasi dari delapan wujud
Dewi Kwan Im, gerak Tayub seperti incek, seser, ngageulis, dan sembah, dan
gerak dari seni Rudat yaitu rudatan. Busana tari Semilir memadukan busana tari
Topeng seperti kace, boro slepe, kain mega mendung, selendang, dan tari 1000
tangan Thailand seperti manset dan leging, assesoris yang banyak ternspirasi seni
Tayub, seperti sanggul, mahkota, gunungan, dan giwang. Rias tari Semilir
menggunakan rias korektif yang bertujuan menutupi kekurangan dan mempercantik
penari sesuai dengan karakter tariannya. Musik tari Semilir menggunakan gamelan
berlaraskan pelog dengan lagu pengiring Gending Ungkas-ungkas, Gending
Kulu-kulu, dan Amuk.
3. Tari Kipas
Jenis Tarian Kipas ini dimainkan oleh penari wanita
dengan mengenakan busana adat dan melakukan tarian dengan gerakan khas serta
menggunakan kipas sebagai salah satu atribut menarinya.Tarian adat ini biasanya
ditampilkan pada acara yang sifatnya adat maupun hiburan
Tari Kipas Pakarena merupakan kesenian tari yang
berasal dari daerah Gowa, Sulawesi Selatan. Dalam bahasa setempat,
“pakarena” berasal dari kata “karena” yang memiliki arti “main”.Tarian ini
sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Gowa yang merupakan bekas Kerajaan
Gowa.
Tidak ada yang tahu persis Sejarah tari
kipas ini. Namun menurut mitos yang ada, tarian Pakarena berawal dari
kisah perpisahan antara penghuni boting langi (negeri khayangan) dengan
penghuni lino (Bumi) pada zaman dahulu. Konon sebelum berpisah, penghuni boting
langi sempat mengajarkan bagaimana cara menjalani hidup, bercocok tanam,
beternak, dan berburu kepada penghuni lino, melalui gerakan-gerakan badan dan
kaki. Selanjutnya, gerakan-gerakan itu pula yang dipakai penghuni limo sebagai
ritual untuk mengungkapkan rasa syukur kepada penghuni boting langi.
Ekspresi kelembutan akan banyak terlihat dalam gerakan
tarian ini, mencerminkan karakter perempuan Gowa yang sopan, setia, patuh dan
hormat terhadap laki-laki pada umumnya, khususnya terhadap suami. Tarian ini
sebenarnya terbagi dalam 12 bagian, meski agak susah dibedakan oleh orang awam
karena pola gerakan pada satu bagian cenderung mirip dengan bagian lainnya.
Tapi setiap pola mempunyai maknanya sendiri. Seperti gerakan duduk yang menjadi
tanda awal dan akhir pementasan tarian Pakarena. Gerakan berputar searah jarum
jam melambangkan siklus hidup manusia. Sementara gerakan naik turun
mencerminkan roda kehidupan yang kadang berada di bawah dan kadang di atas.
Tarian Kipas Pakarena memiliki aturan yang cukup unik,
di mana penarinya tidak diperkenankan membuka matanya terlalu lebar, sementara
gerakan kakinya tidak boleh diangkat terlalu tinggi. Tarian ini biasanya
berlangsung selama sekitar dua jam, jadi penarinya dituntut untuk memiliki
kondisi fisik yang prima.
Sementara itu, tabuhan Gandrang Pakarena yang disambut
dengan bunyi tuip-tuip atau seruling akan mengiringi gerakan penari. Gemuruh
hentakan Gandrang Pakarena yang berfungi sebagai pengatur irama dianggap
sebagai cermin dari watak kaum lelaki Sulawesi Selatan yang keras. Sebagai
pengatur irama musik pengiring, pemain Gandrang harus paham dengan gerakan
tarian Pakarena. Kelompok pemusik yang mengiringi tarian ini biasanya berjumlah
tujuh orang, dan dikenal dengan istilah Gondrong Rinci.
Tidak hanya penari saja yang bergerak, penabuh
gandrang juga ikut menggerakkan bagian tubuhnya, terutama kepala. Ada dua
jenis pukulan yang dikenal dalam menabuh gandrang, yaitu menggunakan stik atau
bambawa yang terbuat dari tanduk kerbau, dan menggunakan tangan.
4. Tari Ronggeng Bugis
Tari Ronggeng Bugis temasuk tarian jenaka, yang lucu
dan menghibur, dikenal oleh masyarakat Jawa dengan nama dagelan. Berbeda dengan
tari Ronggeng lain, tari Ronggeng Bugis ditarikan oleh laki-laki, selain itu
keberadaan tari Ronggeng Bugis sendiri sudah diakui oleh masyarakat Cirebon
kota dan Cirebon barat. ari Ronggeng Bugis temasuk tarian jenaka, yang lucu dan
menghibur, dikenal oleh masyarakat Jawa dengan nama dagelan. Berbeda dengan
tari Ronggeng lain, tari Ronggeng Bugis ditarikan oleh laki-laki, selain itu
keberadaan tari Ronggeng Bugis sendiri sudah diakui oleh masyarakat Cirebon
kota dan Cirebon barat. Masalah penelitian yaitu Bagaimana Eksistensi
Tari Ronggeng Bugis di Sanggar Pringgadhing Plumbon
Cirebon. Tari Ronggeng
Bugis pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati dijadikan sebagai alat
komunikasi kerajaan dengan musuh untuk mendapatkan sebuah informasi yang bisa
menguntungkan bagi pemerintahan Sunan Gunung Jati. Sampai saat ini Tari
Ronggeng Bugis biasa ditarikan oleh laki-laki bukan perem puan. Karena
keunikannya itu Tari Ronggeng Bugis menjadi salah satu kesenian yang disukai
oleh masyarakat Cirebon. Mulai dari kalangan orang dewasa hingga anak-anak
menyukai tarian yang menghibur seperti tari Ronggeng Bugis ini.
0 Komentar